Rabu, 25 Juli 2012

resep masakan

Pernahkah anda kebingungan dengan soto daging sapi sisa kemarin? Saya yakin ada diantara anda yang pernah mengalami hal seperti ini, apalagi pada bulan puasa yang porsi makan umumnya agak berkurang dari hari-hari biasa. Mau dibuang, sayang, karena dagingnya masih banyak. Nah coba tips dari saya, resep sosis daging kecap pedas yang mudah dan praktis.
Bahan: Daging sapi (dari soto yang tersisa)
            Sosis sapi 6 buah
            Kecap pedas secukupnya (sesuai selera)
            mentega 2 sendok makan
            150 cc kaldu soto
Cara membuat:
1. Panaskan mentega
2. Masukan daging sapi dan sosis yang sudah dipotong sesuai selera
3. masukkan kecap pedas
4. Tuangi air
5. Jika kurang asin boleh ditambahkan garam
6. Aduk-aduk sampai mengental
7. Siap disajikan

cerpen

ULAR
“Jeng….. ada produk baru lho, itu… tas mungil, aduuuhhh… kulitnya mengkilap, warna emas putih keperak-perakan.. wuiss kalau Jeng lihat pasti dijamin mau dech,” jeng Nuri, sahabat kongkowku nyerocos tak bisa berhenti. “Aduh, Jeng, bukannya gak mau, tapi aku khan koleksi tasnya dah banyak banget, ”tolakku secara halus. “Eit…jangan bilang gak mau lho, jeng! Kulitnya beda, terbuat dari anaconda asli, barang langka, Jeng, ambilnya aja dari Amazon, ntar kalau diambil orang nyesel dech karena aku baru nawarin ke Jeng Ndari aja. Soalnya aku tahu hobi Jeng en yang penting itu lho, dokatnya paling tebel, hi….hi….hi…..”
Aku terdiam setelah ngobrol panjang lebar di telepon. Kupikir-pikir lagi tawaran jeng Nuri tentang tas itu. Memang aku dan keempat sahabatku penggemar semua tas, sepatu, dompet dan semua asesories yang terbuat dari kulit ular, bahkan lingeriku juga ada! Ular-ular yang biasa dijadikan barang koleksi kami juga tak sembarangan, selain kulitnya pilihan juga ularnya adalah ular muda, konon katanya kalau jenis kulit ular muda lebih berkilau dan lebih tahan lama. Kalau kulit ular tua biasanya kualitasnya lebih jelek dan mudah rusak. Saking tergila-gilanya aku akan koleksi ular sampai-sampai Aku harus berburu lingeriku sampai ke mancanegara, dan aku tak peduli dengan harga yang selangit, yang penting aku hepi dengan penambahan koleksi kulit ularku yang paling beda dengan rekan-rekanku sesama istri bos.
Aku, jeng Nuri, jeng Anna, jeng Retno dan jeng Sukma adalah para istri bos yang selalu ngumpul bareng untuk mengisi kegiatan sehari-hari selain menemani para suami jika dibutuhkan  dan kebetulan sama-sama penggemar produk-produk kulit ular, bahkan kami bersaing untuk mengumpulkan koleksi sebanyak-banyaknya. Tapi diantara kami berlima yang tidak terlalu ngoyo adalah jeng Nuri, karena dia justru yang rajin berburu produk kulit ular ter update untuk ditawarkan kepada kami, dan biasanya akulah orang pertama yang dia tawari, sehingga koleksikulah yang paling lengkap dan tentunya paling pertama punya jika ada produk baru.
Aku hitung-hitung dulu uang di tabunganku, eh….siapa tahu suamiku sudah mentransfer lagi. Cepat-cepat kuambil handphone dan kutekan tombol sms banking. Yess….aku berteriak kegirangan, tabunganku sudah bertambah hingga mencapai kisaran jumlah sembilan buah nol! Aku segera menelpon jeng Nuri tuk memastikan tas yang ditawarkannya. Tak perlu memakan hitungan hari tas mungil itu telah berpindah ke tanganku setelah kukuras semua isi tabunganku untuk mentransfer ke rekening jeng Nuri.
Yach memang benar omongan jeng Nuri, tas itu berkilau kala di malam hari dan  tampak anggun, sedang di siang hari tas tampak gemerlap hingga kemewahannya terpancar, dan lihat....di bagian depannya ada kantong kecil yang bukaannya tidak memakai risleting ataupun kancing tulang seperti tas-tasku sebelumnya , tapi kancing ini mata ular asli! Seumur aku punya koleksi tas ular tidak pernah mata ular dijadikan asesoris, karena seperti ketika aku tanyakan kepada pembuat tas, konon katanya itu pantangan karena mata ular menyimpan memori yang sangat tajam, seperti kamera digital yang bisa menyimpan langsung gambar  yang dibidiknya dan seperti seorang spionase, sehingga dikhawatirkan ular lain bisa menangkap sinyal tersebut dan mengetahui sang pembunuhnya dan akhirnya mengadakan perhitungan alias balas dendam, dan balas dendam itu selain ditujukan kepada sang pembunuhnya langsung, bisa juga kepada siapa saja yang pernah berhadapan dengannya.
Ach...itu khan takhyul yang berkembang di masyarakat! Sekarang sudah zaman modern dan aku tinggal di apartemen mewah di tengah kota, tak mungkin ular bisa masuk ke dalam apartemen, kecuali kalau aku tinggal di pedesaan yang di setiap kiri kananku ilalang dan pohon bambu, baru kemungkinan ada ular. Lagian, ngapain aku mikirin dunia ular, aku khan bukan pembunuh! Aku hanya pecinta seni dan kemewahan. Dan satu hal lagi, ini ular anaconda, boo, mana ada saudaranya bangsa ular sejenisnya di Indonesia sini, la wong tinggalnya di Amazon sana.
Malam nanti ada pesta yang harus aku hadiri. Aku  sibuk mematut-matutkan baju, tas dan sepatuku, bahkan lingeriku. Aku akan pergi ke pesta  kebun yang diadakan salah satu temanku, jeng Retno, yang merayakan ulang tahun pernikahannya yang kesepuluh. Mereka   merayakannya dengan mengeluarkan dana yang sangat tinggi. Bayangkan saja, pesta kebun di malam hari, dengan lampu merkuri ribuan watt sehingga taman di malam hari disulap seperti layaknya siang hari:terang benderang. Kemudian merekapun sengaja menyewa koki-koki internasional untuk memasak, belum lagi segala tetek bengek pesta yang memakan budget luarbiasa! Wuiss...aku membayangkan kemeriahan pesta itu harus setimpal dengan penampilanku yang serba wah.
Malam harinya aku diantar sopir pribadiku menuju tempat pesta.Tempatnya di sebuah perumahan elit di tengah kota yang menyediakan lahan berupa sebuah taman seluas 500 meteran khusus untuk disewakan dan digunakan sebagai tempat pesta kebun yang nyaman. Ketika aku tiba disana sudah tampak banyak tamu dan mereka semua menatapku dengan takjub. Aku berjalan dengan penuh percaya diri dan senyum puas mengembang di bibirku. Segera aku temui jeng Retno bersama suaminya, dan kamipun cipika-cipiki. ”Hei....Jeng Ndari, kamu cantik banget malam ini, wah...tasnya lagi, keren banget...,” sapa jeng Retno dengan mata sedikit agak mendelik. Aku tahu itu, karena walau suara dan senyumnya dibuat semanis dan seramah mungkin, tetap sorot matanya tak bisa berbohong. Memang kami bersahabat, tapi juga sekaligus bersaing dalam segala hal. Dan dia paling tidak suka kalau melihat aku punya koleksi terbaru yang lebih bagus dan lebih mahal daripada koleksinya. ”Makasih, dan selamat ya atas perkawinan kalian yang sudah melewati angka sepuluh, yang kata orang masa-masa tersulit dalam sebuah perkawinan, hi...hi....,” sambil kukedipkan sebelah mataku kearah suami jeng Retno dan kami bertigapun tertawa hangat. Pasangan jeng Retno dan suaminya tampak mesra di usia perkawinan kesepuluhnya, padahal itu hanya topeng belaka. Kami selalu bersama sehingga kami tahu seluk beluk kehidupan pribadi kami. Selain kami suka kongkow bareng arisan, berburu fashion dan kuliner, kamipun pemburu cinta. Awalnya hanya iseng yang berujung ketagihan, dari bermula arisan uang lama-lama arisan lelaki muda alias brondong. Tapi satu hal yang tidak diketahui oleh semua sahabatku, termasuk jeng Retno, beberapa bulan terakhir ini aku sering berkencan dan bercinta dengan suami jeng Retno, bahkan lingerieku yang sekarang kupakai adalah hadiah dari suami jeng Retno kala kami berdua berkencan di kota Paris.
Makin malam pesta makin hangat, kami semua berpesta, berdansa dan bergoyang dengan bergelas-gelas vodka yang kami teguk. Musik syahdu dan ceria silih berganti membuai gerakan kami. Tak kuhitung berapa lelaki yang memintaku berdansa bersama mereka. Aku memang terkenal sebagai ratu pesta, karena tubuhku yang lentur bisa meliuk-liuk sesuai irama musik, mau disko, mau goyang samba, mau dansa, aku selalu bisa. Sepertinya malam ini memang malam pesta untukku, karena suamiku sedang ke luar negeri sibuk dengan bisnisnya. Bahkan suami jeng Retno merupakan orang pertama yang minta aku temani berdansa, dan sempat-sempatnya pula sambil berdansa lelaki itu mengulum bibirku! Kami sangat menikmati dansa ini kalau tidak disamperi jeng Retno yang meminta suaminya menemaninya dansa, mungkin pelukan kami tidak akan terpisah sampai pagi menjelangpun, seperti yang biasa kami lakukan bersama ketika berjelajah cinta. Setelah terasa capai berdansa aku duduk beristirahat bergabung dengan sahabat-sahabatku. Seperti biasa obrolan kamipun ramai dibumbui tawa cekikikan nakal kami. ”Eh, lihat tuch, ada cowok keren, ”bisik jeng  Nuri sambil matanya tertuju ke satu arah. Mata kamipun serentak mengikuti arah tatapannya. ”Mana?” tanya jeng Retno. ”Huss, jangan keras-keras, lihat tuch pemuda yang sedang berdiri sendirian di bawah pohon rindang, pake baju abu-abu keemasan dan tangannya memegang sloki yang diarahkan ke kita”, bisik jeng Nuri lagi. Dan ya benar di sudut sana tampak seorang pemuda ganteng sepertinya bukan orang Indonesia dan kamipun belum pernah melihatnya. Kami menyangka mungkin pemuda tersebut diajak kemari oleh salah satu tamu undangan jeng Retno. ”Aku samperin,ya? Siapa tahu bisa dijadikan bahan arisan buat minggu depan”, bisik jeng Sukma sambil berkedip binal penuh arti dan diapun melangkah menuju tempat pria itu berdiri. Kami melihat mereka langsung terlibat obrolan hangat dan tampak jeng Sukma cekikikan. Beberapa saat kemudian jeng Sukma kembali ke tempat kami dan menyuruh kami mengundi arisan saat itu juga. Dia bilang pemuda itu sedang terburu-buru karena masa berlaku visanya sudah akan habis besok pagi dan dia akan segera pulang ke negara Amerika setelah dia menyelesaikan pekerjaannya di Indonesia. Dan tak perlu menunggu waktu lama undian diam-diam kami adakan, tentu saja pemenang pertama adalah jeng Sukma, karena dia yang pertama berkenalan dengan pemuda bule itu, kesempatan kedua jeng Anna, disusul jeng Retno, kemudian jeng Nuri, dan aku kebagian yang terakhir. Dalam hati aku berkata tak apa-apalah berkencan diurutan terakhir juga, yang penting aku tidak diburu-buru waktu antrian, hi..hi...hi.....
Jeng sukmapun berlalu bergandengan mesra dengan pemuda bule itu meninggalkan taman ini. Kami menanti dengan harap-harap cemas, takut si bule tidak kembali. Oh ya kami sampai lupa bertanya siapa namanya. Seperempat jam kemudian, aku lihat si bule sudah berdiri kembali di bawah pohon, sama seperti tadi berdiri bersandar sambil memegang sloki yang diarahkan kepada kami berempat. Tidak perlu menunggu komando kamipun mengerti dengan isyarat tersebut dan jeng Anna, jeng Retno dan jeng Nuri bergantian pergi meninggalkan taman pesta ini.Tinggal hanya aku yang duduk sendirian di kursi yang letaknya agak menyingkur ini.Tak lama si bule datang lagi tapi berbeda dengan yang tadi, kalau tadi dia mengirim isyarat memanggil dari kejauhan, kini dia sendiri yang mendekatiku dan duduk di sampingku. Kutatap wajahnya yang ganteng dengan senyum dan tatap mata yang mempesona. Ah.. kuyakin tak kan ada seorang wanitapun yang tak luluh oleh pesonanya. Tatap matanya tajam dengan bola mata biru kehijau-hijauan. Aku sepertinya pernah mengenal siempunya mata ini, tapi siapa dan dimana? ”You’re so special. You are the girl that I’ve been looking for  a long time. You’re always in my dream and become the shadow of my life. Actually I’m always with you everytime, day and night, surround you again and again,” bisiknya pelan tapi tegas. Aku tergetar, entah perasaan apa yang kini berkecamuk melingkupi relung-relung hatiku. Harusnya aku tersanjung mendengar bisikannya tapi ada perasaan ganjil dan membuatku merinding, apalagi ketika tanganku bersentuhan dengannya, tangan itu licin  tidak berbulu tidak seperti kebanyakan tangan orang bule yang penuh bulu, bahkan seperti hanya kulit jangat saja saking licinnya dan terasa dingin menempel tanganku. ”Who are you?”, tanyaku lirih. ”You will know soon”, jawabnya pendek sambil   membimbingku meninggalkan kursi yang kududuki. Kami menuju pohon tempat dia tadi berdiri dan aku diajak menyelinap ke belakang pohon itu. ”Close your eyes,” bisiknya sambil mencium keningku, ”I’ll show you something”. Aku geli ketika tangannya mulai liar ditubuhku, aku membuka mata dan aku ingin berteriak sekuat tenaga, tapi aku tak kuasa. Ditubuhku melilit seekor ular ukuran besar dengan mata menyala dan lidah yang yang siap menjilat dan menyemburkan bisa. Ada suara yang entah datangnya darimana, ” You have destroyed our population. You always ask someone to kill us. We’re dead young because of you and your friends. We become the victims because of your hobby, your greediness to reach your satisfactions and your money! I come here to kill you all as my family asked. And now your turn to finish our mission to revenge after I succeeded in killing your  friends. I’ll peel your skin step by step and I’ll let you feel how pain it is and I’ll enjoy it the same as you enjoy our skin.” Lamat-lamat aku mendengar namaku dan keempat temanku dipanggil lewat microphone karena pesta telah usai. Aku tak kuasa bergerak hanya perih luar biasa yang kurasa bahkan aku tak kuasa mengerang, kulit ariku lapis demi lapis disayat dengan geriginya yang tajam dan darah membuncah dari setiap pori-pori tubuhku, hanya mataku yang dapat bergerak kesamping, dan terlihat pemandangan mengerikan. Tampak tubuh keempat temanku seperti kelopak bunga mawar merah merekah yang berlapis-lapis…………

Bandung Barat, penghujung Januari 2010

prosa

SIMALAKAMA



Pertama-tama aku perkenalkan namaku buah Simalakama.Aku tidak tahu siapa dan dimana ayah ibuku , dimana tempat tinggalku bahkan aku tidak tahu bagaimana wujudku, bagaimana bentuk rupaku, tapi yang aku herankan aku selalu ada dimana saja bahkan semua orang mengenalku padahal aku sendiri tidak mengenali diriku.
Aku kadang iri kepada teman-temanku yang berjenis buah-buahan.Mereka semuanya punya orangtua , mereka punya wujud , mereka punya bentuk, warna bahkan rasa. Mereka sering mengolok-olokku dan mentertawakanku. Aku sakiiit sekali.Contohya kemarin waktu aku lewat di depan pohon apel dia berkata :”heh….Simalakama, apa kamu betah hidup tanpa wujud? Kamu buah tersial di bumi ini. Kamu hanya punya nama yang membuat semua orang sial. Kamu dibenci manusia. Sekarang kamu juga enyah dariku! Aku tak ingin kesialan menimpaku karena kamu dekat denganku.”
Aku menunduk berjalan tanpa arah. Ketika aku tengadah tak terasa aku sudah ada di dekat dua orang anak masih berseragam yang sedang bercakap-cakap di bawah sebuah pohon rindang. Salah seorang anak berbisik pada temannya:”Bagaimana,Ton? Apakah kita harus kembali ke rumah atau tetap disini bersembunyi? Aku bingung.” Anak yang dipanggil Ton menjawab:”iya,aku juga tak tahu harus bagaimana. Kita bagai makan buah simalakama. Kalau kita pulang kita takut dimarahi karena bolos sekolah, tapi kalau kita tetap sembunyi kita mau makan apa? Sedangkan perutku sudah melilit dari tadi. Aku sudah tak tahan.” Deg….kembali aku kaget mendengar namaku dibawa-bawa, salah apa aku ini? rintihku dalam hati, sedang aku sendiri tidak pernah bertemu dengan kedua anak ini dan aku tidak merasa berbuat apa-apa dengan kedua anak itu. Aku marah dan kesal setelah tahu mereka menyalahkanku.
Aku berjalan kembali tanpa arah. Sampailah aku di sebuah gubug terpencil. Disana tampak seorang ibu sedang mengusap kepala anak gadisnya yang terisak-isak dipelukannya. Nah…..aku senang melihat pemandangan indah ini yang tak pernah aku rasakan seumur hidupku; kehangatan kasih sayang seorang ibu. Aku mengendap-endap menguping pembicaraan mereka.:”Nak…..bukannya ibu tak sayang kamu. Ibu juga tak ingin memaksamu, tapi ibu bagai makan buah simalakama, kalau ibu paksa kamu kawin sama tuan Gendut kamu akan putus sekolah, tapi kalau ibu menolak lamarannya ibu takut dia akan menyuruh preman kampung menyiksa bapakmu karena tak bisa bayar utang.” Lagi-lagi aku terkejut mendengar ibu itu menyebut namaku. Pesona seorang ibu yang tadi aku rasakan hilang seketika berganti dengan kebencian. ”ahhhhhh….rasanya sangat berat bagi ibu ‘tuk memutuskannya,anakku sayang….Ibu tak kuasa menolak takdir yang terjadi pada keluarga kita.” Suara sang ibu tak terdengar lagi setelah berucap kepada anaknya,hanya suara isak tangis sang anak gadis yang terdengar perih, seperih hatiku yang selalu mengacaukan kehidupan semua orang.
Aku terkejut ketika sadar aku sudah ada di dalam sebuah ruangan kelas yang berisi penuh anak-anak yang sedang belajar. Tampak di depan kelas berdiri seorang ibu guru sedang mengajar Bahasa Indonesia. ”Anak-anak, masih ingat peribahasa yang ibu terangkan kemarin?” “Masiiihhhhh….,”jawab mereka serempak. ”Bagus, coba Dea, apa arti peribahasa Bagaikan makan buah simalakama?”  Anak yang dipanggil Dea tampak berfikir, ”Ng…..apa ya? Oh iya Bu, saya ingat. Artinya jika dimakan ibu mati tak dimakan ayah mati.”  “Pintar”,puji bu guru kepada Dea.
Hah….apa tadi? Mungkinkah orang tuaku tak ada gara-gara aku? Tapi masa sih aku dimakan? Huuhh…bingung!
Aku kembali meneruskan perjalananku sambil bertanya-tanya dalam hati, mengapa semua orang yang aku temui menyalahkanku. Sepertinya aku ini biang kerok yang selalu membuat masalah di bumi ini. Hei…lihat ….ada sorang gadis kecil mungil sedang menggendong seekor anak kucing. Dia berjalan perlahan menuju sebuah taman yang dipenuhi alang-alang. Aku mendekatinya aku ingin tahu apa yang akan dia lakukan di sana. Kemudian gadis itu menurunkan kucingnya di dekat pohon cemara. ”Pussy sayang…..maafkan aku,ya….aku sebenarnya sangat sayang sama kamu tapi kalau aku tak sembunyikan kamu disini mamaku pasti akan membuangmu ke pasar, aku bagai makan buah simalakama, Pussy. Please…jangan marah,ya? Aku pasti nengok kamu dan membawakan makanan untukmu tiap hari. Aku janji deh.” Setelah mengelus kepala kucing dan menciumnya gadis itupun berlalu. Aku menatap kucing itu. Aku merasa marah campur iba. Kenapa aku lagi aku lagi yang disalahkan?  Kenapa kucing itu harus terbuang gara-gara aku?
Dalam diam aku merenung,  mungkinkah aku sembunyi supaya tak seorangpun yang akan mengenaliku dan menyebut-nyebut namaku? Belum lagi aku menghela nafas kulihat seorang remaja meraung-raung ditarik oleh dua orang pria kekar ke dalam mobil. Dibelakangnya tampak beberapa orang memperhatikannya. Salah seorang diantara mereka berkata: ”Yah….inilah jalan terbaik bagi si Anna dan keluarganya. Lebih baik dia dibawa ke rumah sakit jiwa.”  Kemudian wanita di sebelahnya menimpali: ”Memang…,sebetulnya kasihan juga pada ibunya. Dia bagai makan buah simalakama. Jika si Anna di rumah terus seperti kemarin dia malu sama tetangganya karena anaknya sering berbuat onar dan membuat tetangga ketakutan dengan ulahnya itu tapi kalau si Anna di rumah sakit dia kesepian di rumahnya yang besar itu karena  mereka kan hanya tinggal berdua.”
“Sudahlah…,tak usah diperbincangkan lagi yang penting kita aman sekarang, tak akan ada lagi yang teriak-teriak tengah malam dan merusak lagi barang-barang kita,” timpal lelaki yang berdiri di belakang.
Sedih, marah, kesal, benci……………..kemana harus kutumpahkan semua perasaan ini? Kenapa aku harus ditakdirkan jadi buah simalakama yang hanya menyusahkan setiap orang saja? Aku marah pada semua orang yang selalu menyalahkan aku dengan semua persoalan mereka. Aku kesallllll……... aku benciiiiiiiiii……….aku teriak sekuat tenaga tapi tak satupun mahluk yang peduli dengan aku. Siapa aku? Bagaimana rupaku? Darimana datangnya aku? Kapan kalian mengenalku? Sampai kapan kalian menyalahkanku? Wahai manusia tolong jawab semua pertanyaanku. Aku sudah tak tahan. Aku ingin bunuh diri tapi bagaimana caranya? 

                                                                                 Bandung,medio Juni 2008

loecoe teu?

PSK
Apred:”Pajarkeun maneh ayeuna geus jadi PSK?”
Dini(nyorongot):”Naon siah,gagabah ari ngomong teh.”
Apred:”Pelajar Sekolah Kejuruan,kan?”
Dini(seuri koneng):”heueuh,
bener.”

puisi

KADO ULANG TAHUN

Kutatap sepasang giwang mungil dalam genggaman
Yang baru kubeli pagi tadi di Pariaman
Dengan segumpal uang lusuh ribuan kucel dan lecek
Yang kusisipkan lembar demi lembar
Dalam selongsong buluh yang kutemukan di sudut bak sampah
Yang kukais dan kubedah
Tepat seratus hari
“Abah,aku ingin giwang Mickey Mouse seperti yang dipakai semua temanku di kelas. Si Roro bilang kalau perempuan itu harus pakai giwang.
Pokoknya nanti di hari ulang tahunku harus ada,titik !”
Hari ini dirgahayu ke sembilan
Aku terpaku dalam diam
Bak kapas terbang tanpa gravitasi
Diatas bongkahan batu
Diantara tangisan tetanggaku

puisi

UBAN

Kau datang tanpa dapat kucegah
Disenjaku yang hampir limit
Meniti bumi yang kian usang
Menyusuri semua daratan yang menggunung
Menyembulkan kemilau warna kelabu
Dan akhirnya memutih
Entah kenapa kau kubenci
Mungkin karena aku menolakmu?
Sama seperti penolakan sang perawan
Di dusun belakang gubukku
Karena kau ada
Cintaku tiada

seuri heula

SIEUN DISADAP

Ceu Wiwi    : “Halow”
Nyi Narti     :”Halu,ieu sareng Ceu Wiwi?”
Ceu Wiwi    :”Enya,ieu teh nyi Narti?’
Nyi Narti(semu ngaharewos) : “Muhun,didinya teu aya sasaha sareng teu aya nu nyurigakeun,Ceu?”
Ceu Wiwi(pipiluan sorana dilaunkeun) :”Euweuh,aya naon kituh?”
Nyi Narti :”Bilih disadap ku KPK”.
Ceu Wiwi :”Heueuh aya naon kituh,buru bejakeun!”
Nyi Narti :”Abdi bade nambut artos saheulaan mah.”
Ceu Wiwi :”Sugan teh aya naon,boro Euceu milu haharewosan.”




MOMOBILAN

“Pun anak mah unggal dinten  momobilan we gawena teh”,ceuk ceu Imat semu keuheul.
“Nya atuh matak reueus ari tuang putra kamana-mana tumpak mobil mah,Ceuceu”,walon nyi Rukiah.
 “Heueuh mun kitu mah,da maksud ceuceu mah budak teh maen momobilan wae,cocooan budak ,padahal geus SMA tapi resep keneh ulin jiga budak bolon.keuheul ceuceu mah”,tempas Ceu Imat.

Lenyepan

NU GEUS LANGKA

“Sia jeung kulawarga bakal ngarasakeun akibatna lamun sia terus-terusan nolak kana tawaran bos aing.Sia dibere waktu sabulan deui keur mikir!Lamun bulan hareup aing kadieu sia ngabandel wae,awas!Ulah handeueul lamun kulawarga sia ruksak.Pamajikan sia paeh,anak parawan sia nu keur meumeujeuhna ku aing sabatur-batur dihakan kaparawanannana,imah jeung sawah sia beak diduruk,atuh sia bakal gelo engkena!”,ceuk manehna bari ngagebrak meja satarikna tepikeun ka mehmehan Beulah.,geus euweuh tatakrama deui.Basa nu garihal jeung teu pantes diucapkeun ku nu ngaku jelema ngaburudul kabeh teu disortir sahurup-hurup acan.Rengse  hohoak kitumah brul we eta kasapuluh jelema jarangkung gede teh ninggalkeun pakarangan.Kuring bati ngajentul nempokeun tonggong maranehna bari teu petot-petot istigfar jeung ngadua mementa ditangtayungan ku Alloh nu maha asih.
Gusti….kunaon jalmi bisa kitu peta kapapadana?Padahal abdimah gaduh niat teh nu sae hoyong ngamumule rezeki ti Anjeun.
Kuring teh hiji patani nu boga sawah di pilemburan nu geus deukeut ka wilayah kota.Sawah kuring kaitung lega ceuk baturmah nya aya we kana sahektar mah.Sawah kuring dipelakan pare tur patani nu ngagarap sawah aya kana dua puluh urangna,kabeh ge tatangga kuring.Maranehna ngagantungkeun waragad sapopoena tina ngagarap sawah.Kuring hayang mupusti titinggal kolot kuring.Masih seukeut keneh ingetan kuring waktu mama mere wasiat ka kuring basa anjeunna bade ninggalkeun alam fana.”Ujang….kahade mama nitipkeun sawah ka hidep.Omat ulah tepi ka dijual masing butuh kalah kumaha ge.Mama nitip pagawe nu ngagarap sawah urang.Lamun sawah euweuh rek kumaha peta maranehna.Kahade ulah kabongroy kudunya.Keun we baturmah rek ngajarualan sawahna oge.Urangmah ulah tuturut munding.Karunya dulur-dulur urang lamun euweuh sawah rek dahar sangu timana apanan beuki dieu sawah beak diparake parumahan.”
Tapi geuning ngajaga amanat nu alus teh meni beurat kieu.Kuring geus kadatangan jelema-jelema asing nu teu warawuh nu keukeuh maksa sawah dijual kamaranehna.Pajarkeun teh cenah ulah sok ngahalang-halang pangwangunan di lembur ieu.Can tatangga loba nu ngosolan meh sawah geura dijual pajarkeun  lamun sawah kuring dijadikeun apartemen modern  lembur kuring bakal jadi kota nu antukna mangaruhan harga taneuh di lembur kuring bakal ngaronjat.Sababaraha puluh kali nu nawar sawah sababaraha puluh kali kuring keukeuh gideug,jawabannana ‘moal’.
………………………………………………………………………………………......
“Bapa-bapa sareng Ibu-ibu guru nu ku sim kuring dipihormat.Urang kedah sami-sami merjuangkeun kalulusan barudak urang.Saha deui nu rek nulungan maranehna iwal ti urang?Tah ayeunamah Bapa Ibu diperedih kasatiaan kana propesionalisme urang.Teu kedah seueur saur pami aya nu rada aneh.Keun we teu jujur sababaraha poe mah da demi anak urang oge.Bapa Ibu alim kan pami nami sakola urang awon kumargi seueur siswa nu teu lulus?Panginten moal aya deui kapercayaan ti masarakat ka sakola urang.Masarakat bakal ngecap guru-guru di dieu barodo sadaya.Komo pami ningal kana input barudak,jajauheun pisan kenging niley 5,25 teh.Kusabab eta sakali deui sim kuring ngaharepkeun partisipasi  sareng dedikasi saderek sadaya”,saur pamingpin rapat bari nutup ceramahna.”Astagfirullohaladzim….abdi kedah kumaha?”
“Bapa…..!”barang kukuring dilieuk horeng si Ina murid kelas XII IPA lumpat nyampeurkeun kuring nungalenghoy balik ngawas ujian poe panungtung.”Bapa,abdimah nyeri hate,rerencangan abdi tos tarerang jawaban ujian.Maenya geura sateuacan lebet sakola maranehna naruliskeun jawaban ABCna.”
“ari Ina oge nulis?”walon kuring.”Henteu atuh,Bapa.Abdimah emut keneh kana cariosan Bapa,yen Alloh gaduh sifat Bashor.Anjeunna maha uninga kana sagala nudipilampah kuurang.Upami urang teu jujur apan sami sareng urang teu percanten ka Anjeunna nu tiasa ningal ka urang.Pokona abdimah tos ngapalkeun unggal dinten.Hasilna sae atanapi awon mah tos disanggakeun ka mantenna.Saur Bapa oge kan  kajujuran teh mahal hargana”.”Alus”,ceuk kuring bari ngacungkeun dua jempol kamanehna.”Yey…..eta mangsi napel keneh na ramo,berarti Bapa teu ibak,nya?hi…hi…hi….”,si Ina cicirihilan bari lumpat ninggalkeun kuring da sieuneun di jewer.”Alhamdulillah,geuning hasil ngatik kuring teh aya tapakna.Kuring reueus ku murid nu jiga kieu.Coba lamun aya rebuan Ina nu bisa boga prinsip jeung wani mertahankeun prinsip eta,meureun hasil ujian teh murni samurni-murnina,teu karasa cimata kuring ngeclak ngalembereh mapay pipi.Cimata bungah cimata puas cimata nungandung harti ratusan parasaan kuring nu teu bisa dikedalkeun.
…………………………………………………………………………………………..
“Mangga geura ditawis proposalna ku Bapa.Engke pami tos cair tangtos Bapa bakal nampi konci mobil”,bari ngomong kitu teh manehna ngesorkeun map biru ka hareupeun kuring.Barang dibuka breh aya cek saratus juta.Ku kuring dibaca proposalna anu ngeunaan panggunaan lahan hutan lindung nu rek dipake wangunan.”Ke..ke heula,kunaon saderek wantun-wantun rek ngawangun di hutan lindung ieu?Kan saderek terang pamarentah tos ngancokeun lahan nu teu kenging di ganggu gugat  kanggo ngalindungi tatangkalan nu geus ampir punah?Teu..abdi moal ngidinan sareng punten ieu cek candak deui”,ceuk kuring bari mikeun map ka manehna.
Sababaraha poe tidinya kuring narima surat nu unina ngeunaan rotasi pagawe di lingkungan  departemen tempat dimana kuring gawe salila ieu..
………………………………………………………………………………………….
“Jang,ari dagang di jaman ayeunamah moal meunang bati atuh lamun maneh terus-terusan make nu aslimah.Sok geura tambahan gula teh ku saharin terus esna meuli di pengkolan jeung make gincuna ulah nu keur kadaharan,ganti ku gincu baju!”mang Parman mapatahan kuring nu salila ieu nyieun sirop make bahan-bahan asli nu hargana mahal.Memang karasa ku kuring,tina modal saratus rebu  kuringmah ngan meunang limalas rebu eta teh ti isuk jedur tepikeun ka sore jeder.Ari baturmah tina duit sakitu teh bisa ngalipet beubeunangannana.Tapi teu jadi aral keur kuringmah nupenting usaha kuring halal jeung teu ngarugikeun batur ,teu matak nyilakakeun batur.Kuring sieun lamun rek make bahan-bahan nu ku mang Parman dibejakeun sabab kuring pernah maca cenah bahan-bahan nu kitu teh bisa ngaruksak kana ati jeung ginjal lamun dikonsumsi terus-terusan katut es nu dijualan di depot es pengkolan jalan na luhureun susukan oge apan dijieunna tina cai atah nu loba kumanna sedengkeun nu meuli teh lolobana barudak leutik.Inget ceuk indungna si Deden,langganan kuring,”Sayamah percaya sama mang Nono teh soalnya semua bahannya serba asli,teu cangcayalah kalo si Deden beli tiap hari juga”.
“Bapa……bapa……roda es bapa aya nu ngaruksak,”si Asep anak kuring gogorowokan di buruan.Ari breh teh gebeg kuteungteuingeun jelema,roda dagangan geus ancur dikadekan jeung dagangan sirop nu rek diiangkeun ngabayabah di buruan,aya kertas sacewir deukeut es nu ngagoler’ulah sok mangaruhan barudak.Ganti bahan-bahan sirop kunu murah.Lamun embung,maneh ulah dagang deui’.
…………………………………………………………………………………………
“Pa,mangga ieu bon sareng kuitansi kosong,”palayan toko ngasongkeun ka kuring.Bari kerung kuring nanyakeun naon maksud kuitansi kosong teh.”alah…Teeste aza,Pa.Jangan berlaga sok gak tahu”,manehna kalah nembal jiga kitu.
Barang tepi ka kantor si Rudi babaturan kuring sarohangan nyampeurkeun bari  hariweusweus waktu kuring mawa ATK samobil teh.”Ron….kadieukeun ku sayah we dibikeunna kuitansi jeung sesa duitna.Teu talangke ku kuring dibikeun rikat we kumanehna dicokot bari semu lumpat muru rohangan direktur.Isukannana kasampak si Rudi keur ngoprek hape nu aya tipian.”hei Ron,yeuh mere keur ente”,ceuk manehna bari mikeun hape tilas manehna.”Maneh butuh hape,lin?bae nu jadul oge nu pentingmah bisa dipake,bener teu?”bari ngomong kitu teh si Rudi  umat imut jiga nu bungah.Bray kukuring hape teh dibuka, dicobaan nya teu butut-butut teuing da si Rudi mah apik kana barang , tombolna aralus keneh tur mulus keneh kesingna oge,layarna monokrom atuh musikna oge monoponik keneh.”Bodo,manehmah”,celengkeung teh sora si Anton ti juru rohangan bari ngabarakatak teuing naon maksudna.
………………………………………………………………………………………
“Bapana….bapana……..cing atuh sare teh di kamar,ieumah kabiasaan pisan ari nongton tipi  sok terus nyegrek,”pamajikan ngaguyah-guyah.Bray beunta horeng kuring tas sare meni pules,jeung eta beurang-beurang mani bisa ngimpi sagala deuih jeung ngimpi teh sababaraha babak.Ari kukuring dibejakeun kapamajikan  jawabannana cenah kuring teh loba teuing nongton berita na tipi bari terus kasarean,jadi we kabeh kabawa ngimpi. 








                                                                 Dunya numatak hariwang.awal Rajab,1429 H

seuri heula akh...

MAYAR TELEPON


Ibu Eneng :” Abdimah mayar telepon tiap bulanna sajuta da barudak meusmeus teteleponan weh jeung babaturannana.”
Ibu Enung : “Muhun puguh ……di abdi oge si Asep nu kitu teh.Bulan kamari gajih bapana seep we dianggo mayar telepon”.
Ibu Enang : “Ari abdimah Alhamdulillah tara kedah mayar telepon tiap sasih teh.
Ibu Eneng jeung Ibu Enung ampir bareng:” Hah……Naha tiasa kitu?Naon tah rahasiana?”
Ibu Enang : “da abdimah teu gaduh telepon!”

Budak baheula
Sarjan:”Ma,meuli HP nu kameraan!Babaturanmah kabeh HPna aya kameraan ari uing nu jadul wae tibaheula teh.”
Ema  :”Meunggeus,Sarjan,ulah ngarengek wae menta HP.Rek timana deuih duitna,DSP maneh oge geus meh dua taun can lunas-lunas.”Ieuh dengekeun!Emamah keur jaman sagede maneh teu kabararita kunu ngaran HP teh.Matak tara ribut menta HP-HPan siga maneh,komo kudu nu kameraan mah.”
Nonon:”Atuh Ema mah budak bageur meureun,nya? Teu jiga si Aa nu memento HP terus.
Sarjan : “Lain bageur si Ema mah.Teu mementa HP teh heueuh weh da baheulamah teu usum HP!”

puisi

ANDAI
Andai  Obama datang
‘Kan kusambut ia dengan riang
Kuajak menabuh gendang
Dan kitapun berdendang

Andai Obama datang
‘Kan kuajak jalan-jalan
Ke tanah Lembang
‘Kan kusuguhi bakar ketan
Tak lupa kuhadiahi seikat kembang



Andai Obama datang
‘Kan kuajak nonton wayang
Lalu kuajak menari jaipong
Dan kutawari sayur lompong

Andai Obama mau  menjenguk
Singgahi gubuk
‘Kan kusuguhi kopi tubruk
Dan penganan kerupuk







Akh……….
Apakah aku hanya berkhayal?
Tapi aku cukup senang
Mendengar Obama ‘kan datang…….

puisi qt4

MINYAK MAHAL,NAK!

Ibu pergi tiga jam yang lalu
Membawa jeliken   kosong
Dengan langkah gagah
Dan uang receh di kepal

Sekarang Ibu pulang
Dengan langkah gontai
Tangannya menjuntai
Tak tampak jeliken terisi

Aku mengerti
Apa yang terjadi
Uang Ibu tak cukup
Bahkan untuk seliter minyak!

PUING

Pekik merdeka sudah terkatup
Dibibir kering nan rapat
Tinggal puing-puing memoar
Yang terpaku pada monumen kalbu
Terhapus waktu
Terseret zaman
Lelaki tua itu berbisik
“negri ini masih terjajah
RINTIHAN IKAN
Bibirku sakit
Perih tiada terkira
Saat kau tersenyum puas
Mendapatiku di depanmu
Dengan kail yang melekat



MASIH UMAR BAKRI

Kau berdiri di depan
Tegar
Tanpa suara
Bahkan ketika tersakiti
Oleh sistem yang tiada memihak
Masihkah kejujuran
Berlaku di negeri ini?



carpon

CHARLES
               



  Ngaran nu sabenerna mah teuing saha da manehna  tara balaka.Kuring oge teu nyaho manehna timana asal jeung saha kolotna teuing naon deuih pagaweannana.Tapi kuring teu paduli kana sagala identitas nu kumanehna dirusiahkeun.
                  Kuring panggih jeung manehna can lila,kakara tilu bulanan meureun.Panggih dina hiji sore waktu kuring balik ngantor.Harita kuring jeung manehna pasangrok di pengkolan ampir we katajong sukuna ku kuring ,ari kuring tonggoy nempo jalan ari manehna kalah neuteup kuring.Hate meni nyeredet waktu teuteup paamprok.Aya hiji rasa nu teu bisa digambarkeun.Nyeh kuring imut ka manehna,duh eta teuteup socana nu seukeut matak nyeblak jeung surser kana hate.
                  Ti harita manehna remen ulin ka imah.Geus matuh datangna teh,nyaeta isuk-isuk saencan kuring indit jeung balik kuring ngantor sore-sore.Ari datang ku kuring mah sok buru-buru disuguhan susu sagelas,bangun nikmat teh nyuruputna.Salian susu manehna sok disuguhan dahar.Manehna mah teu olo-olo sagala dahareun asup,boh roti,sangu,lauk,sayur,komo mun jeung daging hayam mah meni ngalimed,ngan kadaharan nu teu dipikaresep mah ukur sambel jeung lalab atah.Matak kuring nyaho teh pedah we waktu ku kuring disuguhan dahar sangu jeung asin katut sambel lalab,manehna mah ukur ngadahar sangu jeung asin wungkul.
Lamun isuk-isuk rengse sarapan manehna sok langsung gogoleran dina sofa hareupeun tipi sabot nungguan kuring ganti baju jeung dangdan.Kuring geus euweuh kaera mun ganti baju hareupeun manehna da ku kuring geus teu dianggap nu lian deui.Manehna sok tuluy nganteurkeun tepi ka sisi jalan nungguan angkot da manehna tara daek di imah kuring lamun euweuh kuring mah.
Lamun sore-sore manehna datang sarua deuih tara loba omong.Ngan kuring geus ngarti sorangan nyuguhan manehna.Eta oge kadang-kadang mah cape balik ngantor teh biasana teu kudu popolah ari ayeuna kudu wae aya kadaharan.Tapi parasaan kitu buru-buru disieuhkeun,kuring sieun kaleungitan manehna.
Sanggeus beres barang dahar manehna sok maturan kuring hareupeun tipi bari gogoleran na pangkuan kuring.Kukuring sok diusapan sirahna nu lemes.Lamun keur sasarean kitu sok ditilik-tilik,beungeutna meni kasep atuh awakna sembada,gagah,pokona mah lamun aya nu nyebutkeun teu bogoh ka manehna teh munapek we.Kuring yakin pasti loba awewe nu naksir manehna tapi ku kuring tara ieuh ditanya nukararitu.
Kadang-kadang kuring sok hayang sakali-kali  mah diusapan ku manehna tapi manehna mah sok egois,kalah kuring nu kudu ngusapan manehna,kuring hayang ngagoler na pangkuan manehna,tapi waktu sakali mangsa ku kuring dilendehan awakna lain resep manehna mah kalah ngagoak jeung nyorongot tuluy ngajleng nyingkahan.Nyeri pisan karasana na hate teh,ah tapi teu papanjangan tuluy kuring ngelehan ngajak manehna lelendehan na pangkuan deui.
              Manehna sok ninggalkeun imah lamun geus waktuna kuring sare.Sigana manehna betah keneh di imah kuring tapi ku kuring sok dititah indit asa ragap kudu sare paduduan di kamar mah jeung sieun ku tatangga diomongkeun.
Saban poe minggu manehna sapoe jeput maturan kuring.Ku kuring sok diajak jogging mun isuk-isuk,tara jauh-jauh paling ge semet pengkolan da manehna tara daek diajak indit jauh.Baheula oge pernah kuring ngajak jogging kanu rada jauh kalahka mugen embungeun atuh kuring ngan sorangan euweuh nu maturan.
Kagiatan rutin dina minggu sore kuring jeung manehna sok jalan-jalan kasabudeureun lingkungan RT bari silaturahmi ka tatangga sabab meh unggal poe kuring teu panggih jeung maranehna.Tatangga tara naranyakeun saha nu ngabaturan kuring,da maranehna oge surti meureun yen eta teh soulmate kuring.
Hiji mangsa kuring keur gogoleran na ranjang balik ngantor.Awak asa teu ngarareunah ti saprak di kantor keneh.Manehna oge aya di hareup keur gogoleran na sofa,tara wanieun nyampeurkeun ka kamar da kukuring tara dibere omber.Meureun lapareun gerentes kuring sabab ti barang datang manehna teu disuguhan nanaon da kuring teu kuat rieut, boro-boro bisa nyampakkeun kadaharan keur manehna dipake nangtung oge geus teu kuat.Kakara oge ngalenyap kadenge aya nu murag ti luhureun meja.Geuwat kuring nyampeurkeun geuning Hp nu keur di cas luhureun meja gigireun tipi murag tepi ka beulah.Kasampak manehna keur nangtung deukeut tipi.”Astagfirulloh………….na kunaon tepi karuksak ieu Hp?”kuring ngagorowok.Manehna teu ngajawab kalahka olohok.Kuring meni ambek keur teh teu ngeunah awak terus nempo Hp nu kakara ngiridit bulan kamari ruksak,teu antaparah manehna ku kuring dibabuk jeung ditajong.Manehna teu ngalawan kalah tuluy lumpat ka luar.
Ti kajadian harita manehna teu embol-embol deui meureun teu ngeunah ka kuring.Sapoe dua poemah teu karasa sono sabab ambek keneh ka manehna.Saminggu dua minggu kakara aya rasa sono ka manehna.Ku kuring sok ditutungguan lebeng teu datang-datang,kuring remen ngagoreng hayam karesepna sugan jeung sugan manehna nyampeurkeun eh…suwung wae.Ku kuring sok diteangan kamana-mana jeung mapay-mapay nanyakeun ka tatangga sugan aya nu nyaho  atawa pernah panggih jeung manehna kabeh ge gideug kalah malik nanya ka kuring naon sabab musababna manehna indit ku kuring tara ieuh dibejakeun da etamah privasi kuring jeung manehna.
Geus sabulan campleng manehna teu datang.Beuki dieu beuki karasa kasono minuhan batin.Hate teu genah, dahar teu nikmat atuh sare oge teu tibra.Kuring mindeng ngimpikeun manehna.Lamun tengah peuting sok lilir inget wae ka manehna tepikeun kaparat teu bisa dipeureumkeun deui tepi ka isuk-isuk.Atuh awak  beuki nyirorot tepi ka kuring gering parna.Untung we aya tatangga nu bageur,Bi enah,nu unggal poe maturan kuring,mangnyieunkeun bubur,ngahuapan,jeung mere nginum obat.Kuring kaleleban ku manehna.Kuring teu bisa ngaleungitkeun bayangannana tina kongkolak mata.Kabayang gagahna,kasepna,ogona,ehm…….
sagalana hese dipopohokeun.Bi Enah mineng mapatahan kuring ulah sok nginget-nginget lalaki pantar kitu.Pantes pisan diaranan Charles teh da sarua jeung sipatna nu lamun dicari-cari sok ngereles,pajarkeun teh neang deui we lalaki sejen nu leuwih punjul ti manehna da loba cenah lamun perlu ku Bi Enah rek dipangneangkeun nu leuwih kasep.Kuring kekepehan nolak da hate kuring teu gampang mikanyaah ka lalaki nu lain.
Harita isuk-isuk keneh sanggeus beres ngurus kuring Bi Enah pamitan heula rek ka Cianjur ngalayad emangna nu tilar dunya.Atuh kuring sosoranganan di imah da can kuat ka kantor.Kuring ngagoler na sofa hareupeun tipi bari ngumbar lamunan.Panto hareup ngahaja dibuka da hayang aya angin nu ngahiliwir
               Gebeg kuring reuwas waktu karasa aya nu nyiuman awak kuring.Ari direret ..breh we hiji lalaki nu dipicamcam beurang peuting ayeuna aya nangtung digigireun kuring.Goak kuring ceurik bari nanangkeup manehna,kukuring diciuman geus teu nolih kaera.Kuring atoh bisa panggih deui jeung manehna kuring sieun ditinggalkeun deui, tapi barang ningali pangawakannana sereset hate peurih lir ibarat diturih ku hinis,awakna nu gagah robah tinggal tulang dibungkus kulit,atuh beungeutna nu kasep teh ayeunamah katempo kenyos jiga aki-aki katingalina ramohpoy siga nu leuleus, nu baheula laluis jeung sareungit teh ayeuna mah asa barau jeung kotor marehong siga tas guyang na hawu.Ehm…deudeuh teuing jungjunan meni teu sangka anjeun bisa robah saratus dalapan puluh darajat eta salira nu gagah tandang tur sembada teh.
Teu kaleked kuring geuwat ka dapur mangnyieunkeun susu.”Na atuh anjeun  kamana wae salila ieu teh?”,Tanya kuring bari ngocekkeun susu.Manehna teu ngajawab kalah buru-buru nyuruput susu siga nu nikmat.Bari nginum susu ku kuring diusapan pinuh kadeudeuh,”jangji nya moal ninggalkeun deui,awas mun sakali-kali deui!”,cekeng teh semu ogo.”Meooonggg…..meeeoooonnnnggggg……..”,tembal manehna sanggeus rengse nginum bari ngalendotan kana suku.



puisiku

Di suatu siang bersama seorang anak jalanan


Kuberikan sepotong pizza panas kepadamu untuk kau lumat penuhi hasrat laparmu di batas siang itu
Matamu bersinar lukiskan syukur menatap tepat kearahku tanpa peduli tatapan aneh para pengunjung berpakaian necis
Kemudian lidahmu asyik bergumul dengan mozarella dan bawang bombay yang meletup-letup diantara gusi merah muda, tanpa suara dan tanpa helaan nafas
Tapi terawang matamu kini tertuju pada satu titik fata morgana
Kulambai-lambai tanganku dan kucoba kibaskan pikiran kosongmu
Semakin ku berusaha membuatmu sadari kehadiranku semakin kau terjebak dalam lamunan syahdu
Mulutmupun terkatup seperti ketika pertama kutemukan kamu dengan tatapan kosong dan wajah pucat dan jalan terseok menahan perihnya lapar yang menggigit perut kecilmu
Lalu kau pergi tanpa satupun kata
Hanya kebisuan yang tertinggal bersamaku di meja ini





Gadis kecil dan semangkuk bakso

Kupicingkan mataku ketika seorang gadis kecil duduk dekat kaki meja
saat kusantap semangkuk bakso panas di depan alun-alun Bandung dan kukibaskan tanganku tunjukkan aku tak sudi berbagi receh dengannya
Dia tetap di posisi itu menantiku dan tatap matanya tak lepas dari mangkuk baksoku, aku tak peduli dengannya
Sampai sendawa terlepas dari mulutku dan rasa kenyang merambat usus besarku hingga dua biji bakso kubiarkan menggelinding berendam dalam senggama kaldu dan saus
“kak…….boleh aku minta baksonya?” sebuah suara meyentuh egoku
Kutatap dia, masih gadis kecil yang bersimpuh dekat kaki meja
Tatap matanya bening terbungkus wajah kumal dan rambut merah jembet dengan ornamen gigi hitam yang tak tersentuh pasta gigi
Aku menatapnya lagi dan nuraniku tergetar tersimbah suara memelas yang mengalir dari bibir mungilnya
Kubiarkan dia memakan sisa baksoku setelah dia menolak saat kutawarkan semangkuk bakso baru
bukan bekas gesekan sendok garpu dan tetesan liurku
“Terimakasih, Kak……..,”gadis itupun hilang ditelan belantara jalanan diantara semilir angin
Yang meniup kekikiranku selama ini
Dan aku hanya bisa menatap kaki meja itu
Dan rasa sesal yang meletup dalam hatiku
Mengapa tak kukepalkan selembar uang saja di tangannya?