Berbicara tentang Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani, Bandung, tak lepas dari pendidikan karakter dan model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL). Bagaimana tidak, di taman lalu lintas ini para pengunjung (yang dibidik adalah anak-anak) disuguhi dengan berbagai wahana dan rambu lalu lintas yang bisa mengarahkan mereka untuk bisa tumbuh dan meningkat karakter serta pengetahuannya, belajar mengkontruksi dan bertanya.
Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani ini selesai
direvitalisasi oleh Astra dengan menggunakan dana CSR sebesar 9,2 milyar rupiah
dan diresmikan oleh walikota Bandung, Ridwan Kamil, pada tanggal 29 September
2017. Program revitalisasi Taman Lalu Lintas merupakan wujud peran serta PT.
TAM dalam membangun negara dan kemajuan Indonesia. Revitalisasi taman lalu
lintas ini sesuai dengan tiga pilar CSR
sekaligus yaitu lingkungan, keselamatan berkendara, dan pendidikan. Astra melengkapi dan memperbaiki berbagai fasilitas di taman
edukasi ini. Seperti diketahui sebelumnya peran Astra terhadap lingkungan
sangat tinggi hal ini dibuktikan dengan salah satu kontribusi Toyota yakni
program Toyota Car for Tree sejak
2010 dan merupakan bagian dari semangat let's
go beyond.
Langkah Astra dalam merevitalisasi Taman Lalu Lintas
sangat sejalan dengan apa yang sekarang sedang gencar dilakukan oleh pemerintah
melalui Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor: 87 Tahun 2017 tentang penguatan
pendidikan karakter (PPK) dalam rangka mewujudkan bangsa yang berbudaya. Dukungan Astra ini searah dengan tujuan PPK dalam
mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan karakter
sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi Peserta Didik.
Penguatan karakter yang bisa
diperoleh dari Taman lalu Lintas merupakan pengejawantahan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam SKL terdapat indikator
kompetensi sikap dan beberapa Sub Indikator diantaranya memiliki perilaku
yang mencerminkan sikap berkarakter, memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
disiplin dan memiliki perilaku yang mencerminkan sikap bertanggungjawab.
.
Sub indikator pertama adalah memiliki
perilaku yang mencerminkan sikap berkarakter. Pelajaran di Taman Lalu Lintas
dapat mempengaruhi seorang anak dalam berkarakter. Menurut Arismantoro dalam
bukunya yang berjudul Berbagai Aspek
Character Building, Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter; secara teori
pembentukan karakter anak dimulai dari usia 0-8 tahun, artinya di masa usia
tersebut karakter anak masih dapat berubah-ubah tergantung dari pengalaman
hidupnya. Oleh karena itu membentuk karakter anak harus dimulai sedini mungkin.
Begitu
pula dengan berkunjung ke Taman Lalu Lintas diharapkan karakter anak akan
terbentuk. Saat memasuki area taman para pengunjung (anak-anak) sudah disambut
dengan rambu lalu lintas yang cukup besar. Ada tiga rambu lalu lintas yang
berhasil menyedot keingintahuan anak. Dengan melihat rambu-rambu ini anak
terpancing untuk menanyakan makna dari rambu tersebut sehingga mereka sudah
mulai mengkontruksi dalam alam pikirannya tentang rambu-rambu lalu lintas.
Setelah itu suguhan piktogram berupa berbagai rambu lalu lintas dan petunjuk
lokasi sangat menonjol dengan warna kuning dan memberi kesempatan kepada anak
untuk meneliti satu demi satu gambar rambu-rambu tersebut. Anak-anak diperkenalkan dengan rambu-rambu lalu lintas agar
mereka mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan di jalan raya.
Sub
Indikator kompetensi sikap yang kedua adalah memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap disiplin. Sikap Disiplin yaitu tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Kedisiplinan
berkendara diterapkan pada miniatur
jalan raya yang dilengkapi dengan rambu-rambu lalu lintasnya. Dalam zona kota di mana ada miniatur Jalan Braga dan Jalan
Merdeka dimaksudkan supaya anak-anak paham dengan kerumitan berlalu-lintas.
Anak-anak sudah dituntun untuk memahami ketertiban selama di jalan raya agar berdampak
pada keselamatan. Begitu pula ketika melintasi rel kereta api betul-betul dikondisikan
mirip aslinya. Anak diperkenalkan bagaimana saat harus menyebrang rel kereta
api. Ketika pintu ditutup artinya kereta akan melintas dan anak tahu bahwa
mereka dilarang menyebrang saat itu, tetapi ketika pintu terbuka mereka baru
diperbolehkan menyeberang rel kereta api dengan aman. Begitupun ketika anak
memasuki kawasan stasiun, mereka antri membeli karcis dan menunggu kedatangan
kereta api dengan tertib. Selain itu sejumlah ornamen menyerupai miniatur kota
kini terbangun dengan cukup apik. Di setiap sudut dipasangi rambu yang sesuai
dengan kondisi nyata di jalan raya. Pom
bensin, bengkel dan parkiran dibuat agar bisa menambah wawasan anak saat di
jalan raya kala belajar menyetir mobil mengikuti jalur yang sudah ditentukan.
Sub Indikator sikap yang ketiga
adalah memiliki perilaku yang mencerminkan sikap bertanggungjawab. Dengan adanya wahana sepeda anak
diajarkan untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan lingkungan. Anak-anak
bisa menyusuri kota, gunung dan sungai untuk menikmati lingkungan sehingga
diharapkan timbul rasa peduli terhadap lingkungan dan kelak akan memiliki rasa
tanggung jawab untuk menjaganya. Dengan tertatanya lingkungan di taman edukasi
ini kelak diharapkan anak-anak juga akan peduli pada kelestariannya.
Dalam upaya mencapai kompetensi
sikap tidak terlepas dari aktifitas belajar. Aktifitas belajar bagi anak-anak di
taman lalu lintas dapat diklasifikasikan dalam tiga macam, yaitu: kegiatan
visual, kegiatan motorik dan emosional. Pada kegiatan visual anak-anak lebih
cepat mengingat dalam memorinya ketika mereka melakukan aktifitas belajar melalui
gambar-gambar. Dengan melihat gambar rambu-rambu lalu lintas mereka akan dengan
mudah mengingat dan memahaminya. Yang termasuk kegiatan motorik (Motor
activities) adalah bermain. Anak-anak tidak merasa bahwa mereka sedang
diberitahu oleh orang dewasa karena belajar tentang rambu-rambu dilakukan sambil
bermain.
Atifitas belajar yang lain adalah aktifitas belajar
menggunakan emosi (Emotional activities); misalnya menaruh minat, gembira,
bersemangat, dan berani. Anak-anak tidak akan merasa terbebani ketika mereka
belajar dalam keadaan bergembira. Disamping itu anak-anak sangat menaruh minat
pada hal-hal unik, seperti halnya mobil kijang Innova yang
menggantung di dinding. Selain unik, Astra
juga berhasil meningkatkan brand
awareness Toyota di Bandung.
Langkah revitalisasi
Astra terhadap taman lalu lintas Ade Irma Suryani diharapkan sukses meningkatkan
fungsi taman Lalu Lintas sebagai sarana penguatan pendidikan karakter bagi
anak. Kedepannya anak-anak yang berkunjung ke Taman Lalu Lintas memiliki karakter
yang sangat baik dalam menerapkan budaya disiplin dan bertanggung jawab dalam
berlalu lintas dan bisa menyebarkan virus-virus ini kepada semua orang di
lingkungannya. Taman Lalu Lintas diharapkan menjadi salah satu “guru” dalam
membangun karakter anak bangsa. Sukses buat Astra yang turut andil dalam bidang
lingkungan, keselamatan berkendara dan pendidikan di taman lalu lintas ini.